Puing Sejarah Serbuan Amerika di Abdya

Rawohnanggroe | Kuala Batee merupakan sebuah kerajaan kecil di Aceh yang pernah menggemparkan Amerika Serikat. Lantaran warga setempat membajak sebuah kapal Amerika pada 7 Februari 1831. Peristiwa itu dipicu kemarahan orang Aceh karena merasa selalu ditipu Amerika dalam perdagangan lada. Tiga awak kapal terbunuh. Kerugian diperkirakan sebesar US$ 50 ribu.
Situs invasi Amerika di Kuala Batee | Foto: Khairil

Setelah peristiwa pembajakan, Amerika mengirim kapal perang Potomac ke Aceh. Ini adalah kapal perang terbaik yang dimiliki Amerika saat pemerintahan Presiden Jackson. Perang pecah setahun setelah pembajakan menjelang matahari terbit pada 7 Februari 1832. Peristiwa penyerbuan ini merupakan kali pertama Amerika melakukan invasi di Sumatra.

Warga Kuala Batee tahu akan kedatangan kapal Amerika dan segera bersiaga di pantai. Amerika menyerbu benteng-benteng pertahanan. Korban jatuh dari kedua belah pihak. Namun, kapal Amerika berhasil menghancurkan Kuala Batee dengan melontarkan meriam ke pemukiman dan pelabuhan.

Kini tak banyak lagi bukti sejarah yang bisa ditemui. Kabarnya dulu pernah ada sekitar 20 meriam peninggalan masa kerajaan, termasuk 18 meriam yang ditemukan di rawa Keudee Baro dan Lama Muda, Gampong Lama Tuha. Banyak juga barang-barang antik yang kini telah raib entah kemana.

Realitas di atas adalah sepenggal cerita tentang penyerbuan Amerika di Abdya yang melegenda. Dari kisah inilah kami bersemangat untuk menjejaki bekas penyerbuan tersebut. Bekas puing-puing sejarah Kuala Batee berjarak sekitar 15 Km dari ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya.

Jika ke Lama Tuha masuk saja melalui jalan Bandara Kuala Batee, lurus saja hingga jembatan. Tidak jauh dari sini terdapat simpang tiga, langsung saja mengarah ke pantai, maka sampailah di sana.

Beberapa tahun lalu, wilayah Lama Tuha masih sangat terisolir. Namun kini sudah sangat mudah diakses. Sebuah proyek jalan tengah dikejar pembangunannya oleh Pemkab Abdya. Sering disebut dengan “Proyek Jalan 30” menghubungkan Teluk Surin – Blangpidie. Mudah-mudahan ini berdapak positif bagi Lama Tuha.

Hari itu 12 Juli 2016, dari Blangpidie kami bergegas menuju Gampong Lama Tuha. Tanah yang pernah merasakan gempuran meriam-meriam Amerika sekitar dua abad silam. Aku dan Halimi sebelumnya tak tahu persis di mana letak bekas serbuan ini. Beberpa kali sempat ragu, hingga kami bertemu dengan sebuah papan nama yang memuat tulisan, “Selamat datang di Gampong Lama Tuha”.

Sampai di sini, suasana begitu lengang, tak banyak yang berlalu-lalang. Jalan tak beraspal yang terlalui mengantar kami ke ujung gampong. Sebelum sampai ke pantai di dekat Komplek Budidaya Perikanan Air Tawar, kami sempat singgah di SDN 13 Kuala Batee. Di sinilah terdapat sebuah prasasti berbahasa Inggris yang memuat informasi tentang invasi Amerika tersebut.

Berkunjung ke Lama Tuha | Sember: Yotutube

Beberpa kali sempat bertanya kepada pemuda di sana, perihal lokasi benteng yang kabarnya masih tersisa. Alhasil, tak satupun jawaban kami dapatkan bahkan mereka tidak tahu sejarah yang kami maksud. Hingga kami bertemu dengan seorang perempuan. Kami lupa menanyakan namanya. Ia menunjukkan kami ke ujung jalan sebelah Selatan, Dusun Lama Muda.

Di sana kabarnya terdapat Madat, sejenis benteng pertahanan masa lampau. Kami sempat berkunjung kesalahsatu bangunan bersejarah itu dan menemukan segunduk tanah. Tingginya kira-kira dua meter dari tanah sekitar yang berawa dan ditanami pohon sawit.

Dari penuturan seorang tua di Lama Muda, di Madat lain bahkan ada makam di sekitarnya dan sering ditemukan berbagai benda klasik bernilai sejarah. Sayang, hujan yang semalam turun menahan kami berkunjung ke benteng-benteng lain. Rasa penasaran yang belum terpuaskan, atau sebuah alasan untuk kembali, lain kali!

Kisah penyerbuan Amerika masih melekat di hati masyarakat terutama orang tua. Meski kini sangat sedikit bukti yang dapat ditemukan. “Kuala Batee pernah buktikan, mereka pernah melawan bakal adidaya. Meski berakhir kelam, jangan biarkan sejarah itu terdiam”.[]


Rawoh lain: Kawasan Ie Dikila Blangpidie

Popular posts from this blog

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek

Di Aceh, Menikah dan Khitanan "Harus" Berinai

Mengintip Tiga Pantai Bakongan Timur