Benteng yang Hilang di Alue Naga

Rawohnanggroe | Berkeliling Banda Aceh pasti banyak tempat menarik yang bisa disinggahi. Kota yang berumur hampir satu milenium ini juga memiliki banyak wisata sejarah, budaya, ziarah dan pantai. Beberapa diantaranya menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi.
Tapal penanda Benteng Kuta Kaphee | Foto: Panoramio

Salah satunya di Kecamatan Syiah Kuala yang menyajikan landskap khas pesisir dengan muara sungai, mangrove, dan aktivitas nelayan. Pantai di sini persis menghadap ke Sabang, Pulau Weh. Alue Naga, begitulah nama gampong dan pantai di sana.

Tempat ini memang belum dikelola dengan baik oleh Pemerintah Kota. Meski demikian, setiap waktu ada saja pengujung yang datang, khususnya mahasiswa yang menyukai wisata murah meriah, dekat dan efesien waktu. Dijamin siapa saja akan merasa santai dan nyaman jika berkunjung.

Selain panorama pesisir, sebuah bekas jembatan akibat tsunami pun masih ada dan belum diperbaiki hingga kini. Bagi yang hobi memancing, tanggul Alue Naga cocok dijadikan spot pemancingan. Pengunjung biasanya datang pada sore hari untuk sekedar menghabiskan waktu dengan melihat matahari berlabuh ke samudra.

Alue Naga juga sarat akan sejarah masa penjajahan. Tepat di jalan menuju ke sana, dulunya ada sebuah benteng tua. Namanya Benteng Kuta Kaphee yang dapat diartikan sebagai sebuah tempat pertahanan dari musuh atau penjajah.

Kuta Kaphee merupakan situs peninggalan Belanda. Benteng ini kabarnya merupakan salah satu pusat pertahanan dan kekuatan penjajah untuk menaklukkan wilayah Kesultanan Aceh. Kini tidak banyak data tentang keberadaan benteng ini.

Benteng Kuta Kaphee ternyata oleh orang Belanda dikenal dengan nama Lamjong atau Lamnyong. Mungkin dari sinilah asal mula kata Lamnyong seperti yang dikenal saat ini.

Kuta Kaphee yang memiliki nilai sejarah ini sengaja dihancurkan antara tahun 1989-1990 saat pembuatan proyek Krueng Aceh. Kini yang tersisa hanyalah monumen sebagai penanda bahwa di tempat ini dulunya pernah berdiri sebuah benteng.

Saat ini terdapat dua penanda bekas benteng, di sebelah timur dan barat yang dipisahkan oleh sebuah kuala. Bangunannya berbentuk tugu berukuran 1x1 meter dengan tinggi hampir tiga meter.

Dalam plakat situs tersebut tertera keterangan tentang keberadaan lokasi benteng tersebut. Hanya tapal itu saja yang bisa ditemui sekarang, sedang bangunan aslinya sudah hilang tak tersisa. Saksi bisu itu sudah lama tenggelam, tenggelam bersama ratusan ribu senja di Alue Naga.[]

Baca Juga: Panorama Bukit Jalin

Comments

Popular posts from this blog

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek

Di Aceh, Menikah dan Khitanan "Harus" Berinai

Mengintip Tiga Pantai Bakongan Timur