Sekeping Timur Tengah di Masjid Oman

Rawohnanggroe | Kota Banda Aceh memiliki banyak objek wisata menarik. Bagi sebagian penduduknya, suguhan kota yang sarat akan nuansa islami ini sudah menjadi biasa. Kota ini menjadi tumpuan dari pusat pendidikan, ekonomi, transportasi dan budaya di Provinsi Aceh.
Halaman depan Masjid Oman | Foto: Ig Aceh

Namun, tidak bagi pendatang yang berasal dari luar Banda Aceh. Kota ini akan menyajikan keunikan dan daya tariknya sendiri, yang tidak ditemui di kota lain di Indonesia, bahkan mancanegara. Dari segi aktifitas sosial penduduknya, Banda Aceh cendrung bernuansa Islami. Sebagai sebuah contoh kota madani, warganya sangat ramah, terbuka, santun dan menjunjung tinggi nilai agama. 

Dari segi lingkungan hidup, Banda Aceh dikenal sebagai kota hijau, bersih dan tertib. Ini terbukti dari banyak penghargaan Adipura yang pernah diraih. Aspek budaya dan arsitektur, kota yang menjadi kebanggaan masyarakat Aceh ini mengkombinasikan nuansa tradisional, modern dan Timur Tengah.

Arsitektur tradisional tampak pada beberapa bangunan perkantoran seperti Kantor Gubernur, Gedung sosial, Museum Negeri Aceh, Masjid Meukeutop dll. Sementara arsitektur modern terlihat dari bagunan-banguan baru, yang makin menjamur di seluruh sudut kota, seperti Museum Tsunami Aceh, RSUZA, Kantor Wali Kota, mall, hotel-hotel, dsb.


Bangunan yang bernuansa Timur Tengah (Islami) banyak terlihat pada bangunan masjid dan pusat keramaian, seperti Masjid Raya Baiturrahman, Masjid Ulee Lhee, Pasar Atjeh, Politeknik Aceh dan UIN Ar-Raniry.

Nuansa Timur Tengah memang mudah ditemui di penjuru Banda Aceh, namun ada satu masjid dengan ciri arsitektur menyerupai masjid-masjid yang ada di negeri kurma berasal. Adalah Masjid Agung Al-Makmur, yang beralamat di jalan Taman Ratu Safiatuddin atau Muhammad Daud Beureueh, Lampriet, Kuta Alam.


Al-Makmur merupakan salah satu masjid agung di Kota Banda Aceh. Letaknya persis berdekatan dengan lampu merah Lampriet. Gaya bangunannya begitu khas, berdiri megah dengan dua menara yang menjulang tinggi, ditambah dua menara yang lebih rendah. Kini dekorasi taman dan payung-payung mini juga sudah siap. Ini kian menambah keindahan masjid.

Memiliki dua lantai dengan satu kubah besar, berbagai fasilitas pendukung pun tersedia di dalamnya. Masuk ke dalam mata akan disuguhkan dengan motif, ornamen dan kaligrafi yang menawan. Al-Makmur selalu ramai dikunjungi pada setiap waktunya. Tidak perlu ragu untuk menyinggahinya, karena setiap pengunjung dipastikan merasa tenang dan damai.

Tidak seperti masjid lain di Banda Aceh dengan berlantai marmer, sementara di Al-Makmur dihiasi oleh hambal yang menutupi seluruh bagian masjid kecuali lantai dua. Inilah salah satu yang membuatnya berbeda dari masjid pada umumnya.

Berbicara sejarah, masjid ini mulai didirikan pada tahun 1979 oleh masyarakat setempat secara swadaya. Namun, ketika gempa dan tsunami melanda Aceh di ujung tahun 2004, kondisi masjid tersebut rusak parah.

Perbaikan Al-Makmur pasca gempa dan tsunami dilakukan oleh Pemerintah Kerajaan Oman, sehingga saat ini pun sering disebut dengan nama “Masjid Oman”. Setelah perbaikan tersebut, masjid ini menjadi semakin dikenal. Ornamen bangunan dengan corak Timur Tengah membuat mesjid makin indah dipandang mata.

Bagi yang penasaran dengan gaya arsitektur, ornamen dan suasana masjid di Timur Tengah sana, Al-Makmur bisa dijadikan sebagai contoh dan pengobat rasa penasaran. Masjid ini sangat cocok dijadikan sebagai destinasi wisata religi Anda.[]


Baca juga: Panen Durian di Abdya

Popular posts from this blog

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek

Di Aceh, Menikah dan Khitanan "Harus" Berinai

Mengintip Tiga Pantai Bakongan Timur