Gairah di Bawah Pohon Durian

Rawohnanggroe | Tak Sekalipun mata jadi lena dalam malam buta di tengah lembah yang sejuk. Di bawah jambo terlihat cahaya api unggun mengisi rimba. Kala itu, ramai masyarakat dari penjuru kabupaten berdatangan ke lampoh drin (kebun durian) di pinggiran hutan. Mereka begadang hingga menjelang fajar di sana.
Jambo di tengah lembah | Foto: Khairil

Panen raya durian telah dimulai. Siang dan malam suasana di pinggiran hutan menjadi semarak. Bagi penggemar, bermalam dan mendengar durian jatuh dari pohonnya merupakan sebuah gairah. Apalagi ketika menemukan durian dengan ukuran besar, dan saat dibelah isinya tebal, legit juga manis. Menggoda bukan?
 

Buahan Nusantara bernama latin durio zibethinus ini banyak dicari dan digemari di Indonesia, bahkan mancanegara. Aroma khas dan bentuk yang unik menjadikannya sering dijuluki dengan King of Fruit.

Di Aceh, salah satu penghasil durian adalah Abdya (Aceh Barat Daya). Perkebunan durian diusahakan oleh masyarakat secara perorangan. Saat panen, hasil dari tanah Breuh Sigupai ini akan membanjiri pasar dan lapak-lapak pinggir jalan di Banda Aceh, Medan dan kota-kota lain di Sumbagut (Sumatra bagian Utara).

Di Abdya, durian tumbuh subur di pinggiran sungai, lembah dan lereng pegunungan di seluruh kabupaten. Besar dan rindang, satu pohon durian dapat menghasilkan ratusan buah yang akan ranum pada waktunya. Kebun di sini masih diusahakan secara tradisional, sehingga hanya berbuah 1-2 kali dalam setahun.

Kali ini Rawoh berkesempatan berkunjung ke kebun durian milik masyarakat di Alue Trieng Gadeng, Kecamatan Lembah Sabil. Di sini ada banyak pohon yang terlihat berbuah. Beberapa pondok di tengah kebun pun sudah penuh sesak dengan buah durian.

Makin jauh masuk ke dalam kebun masyarakat, sepanjang jalan terlihat banyak durian yang tergeletak begitu saja di jalanan. Durian-durian itu tidak akan hilang diambil orang. Pemilik kebun sengaja tidak mengambilnya, mereka menunggu sampai durian benar-benar banyak, kemudian baru dikumpulkan.

Durian Lembah Sabil | Sumber: Youtube

Siapa pun tidak perlu ragu bertandang ke kebun milik masyarakat. Beramah-tamah lah dengan mereka, dan pastilah kamu diberi durian secara cuma-cuma. Jika ingin merasakan sensasi kumit drin, kamu juga bisa menyewa kebun selama semalam. Buatlah kesepakatan dengan pemilik, kemudian nikmatilah suasana bermalam di bawah pohon durian, dan dijamin kamu tidak akan rugi.
 

Keunikan lain masyarakat di sini biasanya sering memberi nama khusus untuk setiap pohon durian sesuai bentuk, rasa dan daging buahnya. Misalnya drin teumaga (durian tembaga), karena memiliki warna daging buah yang kekuningan atau drin sukon (durian sukun) karena berbentuk seperti buah sukun, dan lainnya. 

Harga durian akan melambung sangat tinggi sebelum dan sesudah panen raya, ini karena buahnya yang masih langka. Namun tidak bila sedang panen, harganya hanya berkisar 3-4 ribu saja di tingkat petani. Jika ingin berpesta durian, cobalah mencarinya langsung ke kebun petani. Kamu bisa menawar langsung dan menanyakan kualitasnya.[]

Baca juga: Ingatan Malapetaka 2004

Popular posts from this blog

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek

Di Aceh, Menikah dan Khitanan "Harus" Berinai

Mengintip Tiga Pantai Bakongan Timur