Hingga Petang di Batee Kapai Ramanyang

Rawohnanggroe |  Hari-hari lalu mendung pekat yang mengantar hujan selalu menghiasi langit Banda Aceh. Siang itu matahari mulai cerah meriah. Gairah pun tak terbendung lagi untuk berkunjung ke sebuah tempat menarik dengan legenda yang menyelimutinya.
Ujong Batee Kapai Ramanyang | Foto: Khairil

Tujuan kami adalah Ujong Batee Kapai Amat Ramanyang. Lokasinya berada di tanjung yang penuh dengan sisa-sisa Kerajaan Lamuri. Terletak di gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Kira-kira jaraknya sekitar 30 kilometer dari Kota Banda Aceh.

Tempat ini sarat dengan legenda Amat Ramayang, yaitu cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat Aceh. Legenda ini menceritakan tentang seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya, sehingga ia dikutuk menjadi batu. Kisahnya tersebut hampir sama dengan legenda Malin Kundang di Sumatra Barat, namun ini versi Aceh.

Tanjung di sana menurut cerita adalah jelmaan dari kapal Amat Ramanyang yang membatu. Sepertinya di sinilah tempat cerita itu bermula. Dapat ditelisik dari nama lokasi yang identik dengan legenda ini. Seperti adanya Ujong Batee Kapai dan Pulau Amat Ramanyang berbentuk orang sedang bersujud yang persis berada di depan tanjung.


Setelah lewat tengah hari, sekitar pukul 14.00 kami mulai bergerak menyusuri jalan Laksamana Malahayati. Sebelunya telah siap segala perlengkapan memancing. Beranggotakan enam orang, Saya, Afif, Fajri dan Zamil mulai berangkat dari daerah Krueng Cut, sedang Ariful dan Fahmi telah menunggu kami di Kajhu.

Mega-mega terlihat mengiringi perjalanan. Setelah sekitar 50 menit mengendarai motor, sampailah di Gampong Lamreh tak jauh dari pelabuhan Malahayati. Perjalanan berlanjut dengan menyusuri jalan berbatu di samping SDN Lamreh. Setengah perjalanan selanjutnya, kami menyusurinya dengan berjalan kaki.

Motor kami parkir persis di pinggir jalan menuju Pantai Lamreh. Untuk sampai ke sana kita terus menyusuri jalanan berbatu dan
menuruni perbukitan. Tak lama berjalan, pantai akan nampak di depan. Suguhan yang ditawarkan berupa pantai yang berpasir hitam di sisi timur dan di barat tersusun dari bebatuan karang.

Kami terus berjalan melewati pantai berbatu karang. Perjalanan yang ditempuh sekitar satu kilometer, hingga akhirnya sampai ke Ujong Batee Kapai. Dari tanjung ini terlihat jelas Pulau Amat Ramanyang. Jaraknya dari daratan mungkin tak sampai 300 meter.
 

Pelangi menyambut kedatangan kami. Kehadirannya cukup menambah daya tarik, selain fenomena alam ini tidak selalu terjadi, juga karena lokasi kehadirannya. Kawasan Ujong Batee Kapai menyajikan panorama alam berupa kombinasi perbukitan, pantai, lautan dan kehijauan.

Beberapa saat saat tiba, kami beristirahat sejenak sambil mengobrol dan berfoto-foto. Kemudian yang lainnya mulai menyiapkan segala keperluan memancing, seperti mengikat kail dan timah dengan tali pancing.

Sebelum memulai memancing, Saya, Ariful dan Fahmi membuka bekal berupa nasi putih. Kami makan ditemani ikan panggang yang sempat dibeli di kawasan Kajhu. Dengan tambahan kecap manis, landscape ajip dan angin yang kala itu berhembus sepoi-sepoi kian menambah meriahnya makan. Walaupun meuramin kali ini ala kadarnya, namun tetap terkesan istimewa.

Dari tempat kami duduk bisa terlihat dengan jelas Pulau Amat Ramanyang, Pulau Sabang, Pantai Kuta Lubok, Teluk Krueng Raya, perahu nelayan dan pelabuhan. Tanjung Batee Kapai diapit oleh dua benteng yang bersejarah. Di timur terdapat Benteng Kuta Lubok dan di sebelah barat terdapat Benteng Kuta Inong Balee. Dua situs bersejarah ini dapat dijadikan jalur untuk mencapai pulau bersujud Amat Ramanyang.

Laut di sini juga patut diperhitungkan. Berada di atas bukit karang, kita bisa menyaksikan kebiruan laut yang seakan membelai tepian karang. Jika air sedang surut, kawasan perairan ini dapat dijadikan sebagai tempat diving dan snorkeling. Saya sempat menyelam di sini, dan kondisi di bawah banyak terlihat terumbu karang serta biota laut yang masih terjaga.

Pada hari tertentu, seperti Minggu kawasan ini banyak dikunjungi oleh para pemancing. Ada yang memancing menggunakan joran profesional, menembak, memasang jaring, bahkan langsung memancing sambil menyelam.

Sayang, kami datang tak tepat waktu. Air pasang berangsur-angsur mulai naik menutup sebagian karang yang tadinya terlihat ke permukaan. Ini menyebabkan tak ada satu pun tangkapan ikan yang kami dapatkan. Beberapa kali tali pancingan juga sempat putus.

Meski ikan tak kunjung dapat, keseruan terus saja berlanjut, hingga memutuskan untuk pulang. Kami masih berada di ujung tanjung saat jam telah menunjukkan pukul 06.00 WIB.

Menyadari matahari mulai meredup, akhirnya kami pulang setapak demi setapak. Di jalan, pantai berbatu karang yang terlewati tadi sudah tergenang air laut pasang. Kami harus bersusah payah melewatinya, terutama bagi Fajri yang hanya menggunakan sandal jepit kala itu. Namun semua teratasi dan sampailah ke kaki bukit.

Menaiki bukit juga cukup melelahkan. Setelah sebelumnya harus melewati terpaan ombak di bibir pantai, kali ini harus ektra tarik nafas. Beberapa anggota sempat terlihat lelah saat menaiki bukit. Semua teratasi tatkala canda-tawa yang memecah kelelahan sepanjang jalan.

Sampai di lokasi parkiran motor, musibah mengalami Fahmi. Ia kehilngan helm yang dibawa. Kemungkinan helm tersebut diambil oleh seseorang yang sempat kami temui saat memancing. Tempat ini memang rawan pencurian, mungkin karena jauh dari pemukiman dan berada di tengah semak belukar yang jarang dikunjungi.

Langit akhirnya memerah saat kami melewati pemukiman Lamreh yang berada di perbukitan. Terlihat di bawah sana lautan memantulkan sinar surya bersama nyala lampu-lampu pelabuhan.

Dalam perjalanan pulang melewati jalur Krueng Raya–Banda Aceh, malam datang bersama laju motor. Keseruan dari siang hingga petang itu jadi perjalanan menyenangkan di Ujong Batee Kapai Amat Ramanyang.[]


Baca juga: Kelezatan Ikan Keureuling

Popular posts from this blog

Mengintip Tiga Pantai Bakongan Timur

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Krueng Baru, Sungai Pemisah Abdya-Aceh Selatan

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek