Menggauli Piatu Labuhan Haji

Rawohnanggroe | Ini cerita Rabu sore, 12 Juli 2016. Tergesa-gesa dari Manggeng meluncur ke Labuhan Haji untuk menggauli sebuah perbukitan permai. Berada tepat di hadapan Teluk Labuhan Haji, bernama Bukit Piatu.
Berada di Puncak Piatu | Foto: Khairil

Hasrat ini terilham dari foto di Instagram dan akhirnya memutuskan mendaki ke sana sore itu. Hari terik mengantarkan kami di kaki bukit. Modal nekat, bekal air dan roti menemani langkah-langkah di sini.

Tidak lama berjalan, kami berpapasan dengan warga. Sedikit terengah-engah, senyum kami lebarkan ke arah pemilik kebun. Berlanjut dengan sedikit beramah-tamah dan berujung pembicaraan tentang bukit ini. Berharap diberi tahu jalur tercepat ke sana. Alhasil semua sesuai rencana.

Bukit yang gagah meruncing ke langit itu tampak rendah dan biasa saja jika dilihat dari dataran Labuahan Haji. Namun, jauh berbeda jika sudah menjejakinya. Mencapai puncak setidaknya kami perlu tiga kali istirahat dan meminum bekal air supaya tidak dehidrasi.

Bukit Piatu Berada anatra Desa Manggis Harapan dan Ujung Batu. Puncaknya banyak ditumbuhi vegetasi ilalang, jamblang dan sereh wangi yang mungkin sengaja ditanam warga.

Sampai di puncak, mata kami berdecak kagum melihat selaksa panorama yang berpadu satu. Lautan, persawahan, pemukiman, pegunungan dan kebiruan langit. Namun paling pecah adalah kemegahan sunset yang perlahan turun ke samudra.

Moment ini tentu tidak kami sia-siakan. Jepretan demi jepretan tak ketinggalan dokumentasi video kami rasa perlu dilakukan.
Pendakian menuju puncak | Sumber: Youtube

Keseruan di puncak ini berlalu begitu cepat. Tanpa terasa jam di handphone sudah menunjukan pukul 18.40 WIB, artinya maghrib hampir tiba. Segera saja kami tinggalkan perbukitan yang mungkin saja memiliki sebuah legenda. Entahlah.

Menuruni bukit dibutubkan kehati-hatian dan insting yang kuat. Terbukti, beberapa kali kami terjatuh dan tersesat di dalam hutan yang mulai gelap. Belum lagi, tanaman merambat menghalang jalan atau tak sengaja berpegangan pada tumbuhan tajam, dan sebenarnya ini yang terjadi pada kami.

Setelah perjuangan turun, keseruan itu berakhir di tanggul pelabuhan.[]

Rawoh lain: Mie kocok Abdya

Popular posts from this blog

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Mengintip Tiga Pantai Bakongan Timur

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek

Di Aceh, Menikah dan Khitanan "Harus" Berinai