Masjid Ayah Gadeng, Saksi Juang Tgk. Peukan

Rawohnanggroe | Nuansa tenang begitu terasa kala memasuki pekarangannya. Hampir disemua sisi, pemakaman mengelilingi bangunan tua ini. Berada tepat bersebelahan dengan Krueng Manggeng, Masjid Ayah Gadeng tampak begitu sederhana dan teduh.
 Ayah Gadeng tampak luar | Foto: Khairil

Masjid Ayah Gadeng merupakan salah satu masjid tua di Aceh Barat Daya yang masih bertahan hingga kini. Bangunan bersejarah ini terletak di Jalan Tgk. Agam, Gampong Tengah, Kecamatan Manggeng. Masjid tersebut tidak banyak berubah sejak pertama kali didirikan lebih dari satu abad yang lalu.

Dari luar, arsitektur khas nusantara begitu kentara terutama pada bagian atap atau kubah. Apalagi saat masuk ke dalam, kesan klasik terlihat pada beberapa bagian, seperti tiang-tiang kayu, mighrab, lampu gantung dan dekorasi plafon. Warna putih dan hijau mendominasi keseluruhan bangunan masjid.

Empat tiang utama dibagian dalam terlihat sangat kokoh menopang atap dengan pahatan pada dasar dan puncaknya. Mighrab dibagian depan pun masih dipertahankan seperti saat pertama dibangun. Kaligrafi sederhana menghiasi bagian atas mighrab. Diantara kaligrafi tersebut tersemat sebuah rangka tahun 1330 yang kemungkinan besar adalah tahun masjid ini didirikan. Bila ditarik kesimpulan, maka masjid Ayah Gadeng dibangun pada tahun 1911 M/1330 H.

Sebuah foto tua terpajang di dinding bagian utara menampilkan beberapa tokoh penting bersama masyarakat Kenegerian Manggeng dengan berlatarkan masjid. Di sisi kiri bawah foto tertera tanggal 20 Februari 1936 M/28 Rajab 1355 H. Dari foto ini terlihat tidak banyak yang berubah pada bangunan utama Masjid Ayah Gadeng.

Masjid ini menjadi saksi bisu betapa muaknya ulama dan masyarakat Aceh Barat Daya terhadap penjajahan dan monopoli Belanda. Tepat 15 tahun setelah pendiriannya, pada tanggal 10 September 1926 terjadi penyerangan terhadap tangsi Belanda di Blangpidie yang digagas oleh Tgk. Peukan. Berawal dari sinilah semangat fisabilillah dan taktik perang dirumuskan.
Berkunjung ke Masjid Ayah Gadeng | Sumber: Youtube


Tgk. Peukan bersama para mujahiddin menjadikan masjid ini sebagai basis perlawanan terhadap kaphee yang mulai merongrong beberapa kenegerian di Aceh Barat Daya. Ayah Gadeng adalah saksi juang saat perang di jalan Allah diteguhkan Sang Pahlawan dan para mujahiddin. Semangat berjihad diawali dengan wirid dan zikir, dilanjutkan dengan pekikkan takbir disepanjang jalan antara Manggeng-Blangpidie.

Subuh harinya, penyerbuan besar-besaran terjadi terhadap kaphee. Meraka kalang kabut mengahdapi pasukan Tgk. Peukan, bahkan banyak yang menjadi korban. Gema takbir masih berkumandang saat fajar menyingsing sampai detik-detik terakhir sang pahlawan. Hari itu benar-benar berdarah bagi pihak Belanda dan Aceh.

Dalam penyerbuan ini Tgk. Peukan dan pasukannya tidak ada yang takut mati, dan keberanian itu berawal dari bawah kubah Masjid Ayah Gadeng.[]

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Keindahan Pantai Batee Puteh di Meukek

Di Aceh, Menikah dan Khitanan "Harus" Berinai

Sejarah Ringkas Kenegerian Manggeng