Posts

Ingatan Malapetaka 2004

Image
Rawohnanggroe | Suasana pagi di kampung seperti biasanya. Kicauan Cicem Seumalo (burung benalu) selalu hadir kala matahari mulai cemerlang di belahan Timur. Beberapa warga tetap sibuk dengan aktifitasnya diakhir pekan. Kehancuran 2004 silam | Sumber: Google Kejadian itu sudah berlalu lebih sepuluh tahun. Saat itu, Aku berumur sekitar 11 tahun dan baru saja naik ke kelas lima sekolah dasar di gampong kelahiranku. Saban hari bermain merupakan hal yang paling sering dilakukan. Tak seperti anak-anak di perkotaan yang menghabiskan minggu paginya dengan menonton serial kartun, sedang kami biasanya selalu bermain berbagai permainan tradisional. Uniknya, bukan hanya anak-anak saja yang melakukannya, pemuda pun ikut bermain untuk sekedar mengisi waktu luang. Pagi 26 Desember 2004, sekitar pukul 07.30 WIB kami sudah berkumpul di Musholla Dusun Jeumpa. Letaknya persis di tepi Jalan Tgk. Agam, Gampong Blang Manggeng, sekitar dua kilometer dari pusat kecamatan di Kedai Manggeng. Musho...

Kejernihan Mata Air Gunong Cut

Image
Rawohnanggroe | Di bawah rerimbunan pohon raksasa sejenis durian dan lainnya, mengalirlah air yang bening. Dari atas tanggul kolam pemandian itu terlihat jelas pasir putih di dasarnya, begitu pun ikan dan dedaunan. Dengan kedalaman satu meter lebih, air di sana terlihat begitu jernih. Kolam Mata Air Gunong Cut | Foto: Khairil Mata ie (mata air) ini terletak di pinggiran hutan Gampong Gunong Cut, Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya. Jarak dari Jalan Nasional Blangpidie-Tapaktuan tak sampai satu kilometer atau sekitar tiga menit perjalanan dengan kendaraan roda dua. Untuk mencapainya, ikuti saja jalan perkampungan hingga samapi ke ujung jalan. Mata air ini berasal dari pedalaman hutan Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Bukit Barisan. Di sekitar, tak ada satu pun rumah penduduk,  hanya lampoh-lampoh (kebun) warga yang ditanami aneka jenis tumbuhan, terutama pala (Myristica fragrans). Sering kali banyak anak-anak yang bersuka ria menikmati kesejuka...

Ketenangan Suak Udeung

Image
Rawohnanggroe | Siapa tahu, selain Pantai Ujong Manggeng yang sudah banyak dikenal ternyata masih ada denyut keindahan lain di Manggeng Raya. Pantai itu bernama Suak Udeung, diambil sesuai nama dusun di sana . T erletak di Gampong Alue Rambot, Kecamatan Lembah Sabil, Aceh Barat Daya. Suak Udeung dari Jauh | Foto: Khairil Suak Udeung berada tak jauh dari Ujong Manggeng (UJM), hanya dipisah oleh muara sungai yang kadang-kadang dangkal. Sejenak tak ada yang istimewa, hanya ada cemara-cemara rindang dan karpet rerumputan yang terbentang. Angin gemulai pun senan tiasa bertiup hingga ke rawa-rawa di belakangnya. Pantai ini sederhana ala kadarnya. Namun yang paling menarik adalah ketenangan yang ditawarkan. Berada tepat di sisi barat Kuala Manggeng, pantai ini adalah sebuah daratan pesisir yang dipisah oleh lautan luas dan muara sungai. Hanya saja untuk menuju ke sana agak sedikit jauh dan terisolir. Bagi yang ingin ke Pantai Suak Udeung, perjalanan dari Keudee Manggeng sekitar se pulu...

Pusara Darah Biru Kesultanan Aceh

Image
Rawohnanggroe | Banda Aceh adalah salah satu kota di Indonesia yang menunjukan perkembangan yang pesat. Di sana-sini, diseluruh penjuru kota kian nampak geliat pembangunan. Bangunan-bangunan megah dengan arsitektur unik pun kian mempercantik Kota Madani ini. Makam Sultan Aceh | Foto: Mapesa Mengelilingi Kota Banda Aceh memang mudah menemukan objek wisata yang sudah populer dikalangan wisatawan, seperti Masjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami, Museum Aceh, PLTD Apung dll. Sebagai bekas ibukota kesultanan, tentu kota berjuluk Agra van Andalas memiliki peninggalan masa kejayaan silam.  Banyak orang kemudian bertanya-tanya di mana sisa masa kegemilangan Banda Aceh yang hampir berumur sembilan abad ini. Lamanya garis waktu yang dilalui Banda Aceh sebagai ibukota kesultanan, pastilah sudah melahirkan banyak sultan yang bertahta. Namun, di manakah pemimpin Kesultanan Aceh itu dimakamkan? b agaimana kondisi pusaranya? dan seperti apa arsitektur bangunannya? Rasa penasaran ...

Hingga Petang di Batee Kapai Ramanyang

Image
Rawohnanggroe |  Hari-hari lalu mendung pekat yang mengantar hujan selalu menghiasi langit Banda Aceh. Siang itu matahari mulai cerah meriah. Gairah pun tak terbendung lagi untuk berkunjung ke sebuah tempat menarik dengan legenda yang menyelimutinya. Ujong Batee Kapai Ramanyang | Foto: Khairil Tujuan kami adalah Ujong Batee Kapai Amat Ramanyang. Lokasinya berada di tanjung yang penuh dengan sisa-sisa Kerajaan Lamuri. Terletak di gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Kira-kira jaraknya sekitar 30 kilometer dari Kota Banda Aceh. Tempat ini sarat dengan legenda Amat Ramayang, yaitu cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat Aceh. Legenda ini menceritakan tentang seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya, sehingga ia dikutuk menjadi batu. Kisahnya tersebut hampir sama dengan legenda Malin Kundang di Sumatra Barat, namun ini versi Aceh. Tanjung di sana menurut cerita adalah jelmaan dari kapal Amat Ramanyang yang membatu. Sepertinya di sinilah tempa...

Menyatu dalam Semangkok Keureuling

Image
Rawohnanggroe | Berawal dari sebuah pembicaraan santai siang itu, Jum’at 10 April 2015. Di dapur yang penuh kesan sederhana ditemani segelas ie mameh (air manis) dari gula yang dilarutkan. Sambil duduk bersimpuh di atas tikar pandan, sesekali ku curi pandang pada raut muka tulus dari pemilik rumah. Asam Pedas Ikan Keureuling | Sumber: Hello-Pet Kali ini saya bertandang ke rumah bang Din, seorang pemuda Gampong Alue Punti, Pasie Raya, Aceh Jaya. Postur tubuhnya tinggi langsing, berkulit hitam dan berhidung sedikit mancung. Perawakan asli Aceh-nya terlihat sempurna dengan keperibadian dan tutur kata yang sopan. Saat itu saya memang sedang di Pasie Raya, berkunjung ke rumah abang. Karena tidak ada kegiatan selama empat hari di Banda Aceh, saya memilih berlibur dan membuang kejenuhan ditempatnya. Seperti kebanyakan pemuda gampong lainnya, bang Din sangat ramah setiap kali saya berkunjungi pucok Teunom ini. Tradisi pemulia jamee di gampong patut diacungkan jempol.  Siapa pun ...

Gunong Trans, Kehijauan Sejauh Mata Memandang

Image
Rawohnanggroe | Bepergian melintasi pantai barat-selatan Aceh memang mengasyikkan. Perjalanan panjang Anda akan senantiasa disuguhi beragam bentuk muka bumi yang menarik. Tak hanya pemukiman, pantai dan rawa saja, hutan yang masih perawan pun siap memberi sensasi. Menjelang Malam di Gunong Trans | Foto: Khairil Umumnya sejauh perjalanan ditempuh, yang terlihat adalah hijaunya tumbuhan yang menutupi daratan. S esekali akan ada keramaian dan aktifitas masyarakat, seperti di pusat-pusat kecamatan dan kabupaten. Menyusuri lintas barat-selatan Aceh, waktu yang dibutuhkan bisa belasan jam lamanya. Hal ini karena kualitas jalan dan panjangnya jalur yang harus ditempuh. Dimulai dari Lhoknga di Aceh Besar hingga jauh ke Sultan Daulat di Subulussalam. Perjalanan Anda akan lebih menantang kalau menggunakan sepeda motor. Untuk menghilangkan rasa jenuh, jangan takut singgah dan beristirahat. Bawalah bekal minum, roti, cemilan atau makanan lainnya. Carilah tempat yang teduh, nyaman dan te...

Menjejaki Keindahan Hutan Geurutee

Image
Rawohnanggroe | Be rada tak jauh dari perbatasan Aceh Besar-Aceh Jaya, Geurutee atau sering disebut Peunioh Puncak Geurutee memiliki pesona yang mampu membius para pengunjung. Ada banyak suguhan pemandangan menawan, mulai dari kebiruan laut, pantai berpasir putih, hingga rimbun pohon-pohon yang menaunginya. Lembah Daya | Foto: Khairil Geurutee masuk ke dalam kawasan hutan lindung Ulu Masen, dengan keanekaragaman flora dan fauna yang masih terjaga. Bagi pengunjung yang berasal dari wilayah barat selatan Aceh mungkin telah biasa dengan pemandangan Geurutee , namun belum tentu bagi mereka yang berasal dari luar wilayah tersebut. Pemandangan ini menjadi sangat waah dan menarik.   Ketika hampir memasuki kawasan Hutan Geurutee, mata langsung disuguhkan dengan hijaunya gunung yang menjulang tinggi. Tidak hanya itu, di sisinya terpampang Samudra Hindia yang luas dengan butiran pasir putih berkilauan terkena cahaya matahari. Saat menaiki tanjakan Gerurutee, yang terbayang seakan...

Melaju di Hamparan Celala

Image
Rawohnanggroe | Masih di tanah Nagan. Matahari hampir menyentuh batas Puncak Singgah Mata. Hari sudah semakin sore, sedangkan di depan sana masih ada setengah perjalanan lagi. Setelah beberapa waktu lalu sempat menghirup segarnya udara Beutong, perjalanan berlanjut kembali menaiki pegunungan terjal. Hamparan sereh wangi Celala | Foto: Khairil “ Sekali kaki dilangkahkan, pantang surut kemudi ,” kalimat itu seakan menjadi mantra bagi kami. Hampir serupa dengan kejadian saat menaiki Puncak Singgah Mata. Motor tak kuat membawa beban hingga akhirnya kami kembali bergantian berjalan kaki di bawah tajuk-tajuk pohon yang makin remang. Hingga suatu ketika, semua telah usai. Tubuh hampa daya untuk menaiki jengkal demi jengkal Pengunungan Bukit Barisan ini. Napas mulai tak beraturan dan kaki pun terasa keram,. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak di pinggiran jalan sambil berharap malaikat penolong tiba menghampiri. Tak ada opsi lain selain meminta tolong kepada orang lewat di jalan yang...